Senin, 31 Mei 2010

Kau = my self

Kau = my self

Kau tersenyum simpul, walau akhirnya kau tahu luka itu telah terbuka kembali. Kau mencari walau tak mendapatkan obat untuk menyembuhkan dan menutup luka itu untuk selamanya.

Air mata itu dengan rapi kau sembunyikan di balik tawa itu. Di balik senyum. Kau tidak ingin merepotkan orang lain karena masalah pribadimu itu, hingga memilih menyimpan luka itu sendiri.

Kau masih tersenyum, walau sebenarnya kau lelah karena telah menitikkan bulir air mata dengan perasaan berat dan memori yang menumpuk di benak. Kau mengumpat pada dirimu sendiri, berpikir betapa bodohnya dirimu karena tidak juga bisa menyelesaikan masalah ini.

Memori itu tanpa kau bisa mencegahnya, terus saja berputar. Berputar dan berputar sampai kau merasakan panas di wajahmu.

Kau menundukkan kepalamu dan air mata kembali turun dari sudut matamu. Kau tertawa miris, tampaknya kau sekarang cengeng sekali?

Kau menyekanya lalu mengangkat wajahmu dan memulai peranmu—berpura pura menguap dan mengucek matamu. Kau kembali menutupi dengan rapi tangisanmu, cerdik sekali.

Tapi apa kau akan tetap terus begini? Apa akan tetap berbohong dengan orang lain? Menutupi wujudmu terus menerus?

Kau hanya bisa menghela napas dan berharap, ke depannya kau tidak lagi seperti ini lagi.

0 komentar:

Posting Komentar